Your Health, Safety, and Environmental Solutions Tailored for You

3–4 menit

to read

Stop Work Authority (SWA)

Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari, tidak semua kondisi di lapangan selalu sesuai dengan rencana awal. Perubahan situasi, peralatan yang kurang optimal, atau metode kerja yang terasa tidak aman bisa saja muncul tanpa diduga. Dalam kondisi seperti ini, sering kali pekerjaan tetap dilanjutkan demi mengejar target atau menjaga kelancaran aktivitas. Padahal, mengambil jeda sejenak untuk memastikan keselamatan justru merupakan langkah bijak yang dapat mencegah terjadinya insiden dan melindungi semua pihak yang terlibat. Pada kondisi inilah Stop Work Authority (SWA) menjadi penting.

Stop Work Authority (SWA) adalah hak dan kewenangan yang diberikan kepada pekerja untuk menghentikan pekerjaan atau aktivitas yang dianggap berbahaya atau berpotensi menimbulkan risiko kecelakaan, cedera, atau kerusakan lingkungan. SWA biasanya diterapkan dalam industri dengan risiko tinggi, seperti pertambangan, minyak dan gas, serta konstruksi.

TUJUAN STOP WORK AUTHORITY (SWA):

  1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja: Menghentikan pekerjaan sebelum terjadi insiden yang dapat membahayakan pekerja dan merugikan perusahaan.
  2. Meningkatkan budaya keselamatan: Mendorong setiap pekerja menerapkan safety work dan merasa bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.
  3. Memberi waktu untuk evaluasi risiko: Evaluasi ini dilakukan untuk metode kerja, peralatan, dan alat pelindung diri (APD) sebelum pekerjaan dimulai.

PROSEDUR STOP WORK AUTHORITY (SWA):

  1. Identifikasi potensi bahaya: Pekerja menemukan kondisi atau tindakan tidak aman yang berisiko terhadap keselamatan, kesehatan, atau lingkungan.
  2. Hentikan pekerjaan: Pekerjaan dihentikan segera dengan cara aman, tanpa perlu menunggu persetujuan atasan.
  3. Amankan area kerja: Pastikan area kerja aman, peralatan dimatikan, dan orang lain tidak terpapar bahaya.
  4. Laporkan kepada atasan/pengawas: Sampaikan temuan risiko kepada supervisor, pengawas, atau tim HSE.
  5. Evaluasi dan pengendalian risiko: Lakukan penilaian ulang terhadap metode kerja, APD, peralatan, atau lingkungan kerja, lalu tentukan tindakan pengendalian yang diperlukan.
  6. Persetujuan melanjutkan pekerjaan: Pekerjaan hanya dilanjutkan setelah risiko dinyatakan terkendali dan mendapat persetujuan pihak berwenang.
  7. Dokumentasi dan pembelajaran: Catat kejadian SWA sebagai bahan evaluasi dan pembelajaran untuk mencegah kejadian serupa.

STOP WORK AUTHORITY (SWA) DILAKUKAN KETIKA:

  1. Kondisi atau tindakan tidak aman.
  2. Terjadi perubahan kondisi kerja dari rencana awal (cuaca, lingkungan, alat, metode kerja).
  3. APD tidak tersedia, rusak, atau tidak sesuai.
  4. Prosedur kerja tidak dipahami atau tidak dapat diterapkan dengan benar.
  5. Peralatan, mesin, atau instalasi tidak berfungsi normal.

CONTOH PENERAPAN STOP WORK AUTHORITY (SWA):

  1. Penggunaan APD yang Tidak Sesuai
    Situasi: Seorang pekerja konstruksi melihat rekannya bekerja di ketinggian tanpa menggunakan sabuk pengaman (safety harness).
    Tindakan SWA: Pekerja menghentikan pekerjaan dan melaporkan situasi tersebut kepada supervisor untuk memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang benar sebelum pekerjaan dilanjutkan.
  2. Potensi Ledakan di Area Kerja
    Situasi: Seorang pekerja di fasilitas minyak dan gas mencium bau gas yang kuat di sekitar area kerja.
    Tindakan SWA: Pekerja segera menghentikan aktivitas di area tersebut, melapor ke petugas keamanan, dan memastikan semua pekerja menjauh hingga penyebab kebocoran gas ditemukan dan diperbaiki.

TANTANGAN DALAM PENERAPAN STOP WORK AUTHORITY (SWA):

  1. Tekanan operasional dan target kerja: Pekerja cenderung melanjutkan pekerjaan meskipun ada risiko karena dikejar waktu atau produktivitas.
  2. Budaya kerja yang belum mendukung: Lingkungan kerja yang masih menoleransi kondisi tidak aman membuat SWA jarang digunakan.
  3. Respons manajemen yang lambat: Kurangnya tindak lanjut dapat menurunkan kepercayaan pekerja terhadap efektivitas SWA.
  4. Kurangnya sosialiasi dan latihan: SWA tidak akan berjalan optimal tanpa komunikasi rutin dan simulasi penerapan.

CARA MENINGKATKAN PENERAPAN STOP WORK AUTHORITY (SWA) DI TEMPAT KERJA:

  1. Perkuat komitmen manajemen: Pimpinan perlu menunjukkan dukungan nyata dan konsisten terhadap penerapan SWA tanpa memberikan sanksi.
  2. Pelatihan SWA secara berkala: Berikan pelatihan yang praktis dan berbasis studi kasus agar pekerja memahami kapan, bagaimana, dan mengapa SWA harus diterapkan.
  3. Integrasikan SWA ke dalam prosedur kerja: Cantumkan SWA dalam SOP, JSA, dan izin kerja agar menjadi bagian dari proses, bukan sekadar kebijakan.
  4. Sediakan mekanisme pelaporan yang sederhana: Proses pelaporan yang mudah dan cepat akan meningkatkan kepercayaan pekerja.
  5. Apresiasi dan pembelajaran berkelanjutan: SWA dapat dimasukkan sebagai indikator positif dalam penilaian HSE dan bisa menjadi penghargaan sederhana seperti “Safety Champion of the Month”.

Sumber:

  1. Pengertian Dan Pemahaman Stop Work Authority (SWA) Dalam Lingkup HSE
  2. SAFETY TALK : Stop Work Authority (SWA) atau Kewenangan Menghentikan Pekerjaan
  3. Empowering Safety: The Role of Stop Work Authority in Workplace Health and Safety – PEER

‹ Previous

Next ›

Tinggalkan komentar

Call us

Book via Phone Call

+(39) 1111-123456

Opening hours

Monday To Friday

09:00 To 6:00 PM

Alamat

785 15th St, Office 478

Boston, MD 02130

Kategori

Reliable, Trusted, and Professional Handyperson Services in New Jersey

Address

123 Main Street

Anytown, NJ

07001 United States

Call us

Book via Phone Call

(555) 123-4567

Opening hours

Monday To Friday

09:00 To 6:00 PM

Follow us!