
Bekerja di depan layar komputer dalam waktu lama sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi banyak pekerja kantoran. Namun, kebiasaan ini seringkali menimbulkan dampak yang kurang disadari, salah satunya adalah computer vision syndrome, yaitu kondisi yang ditandai dengan rasa lelah pada mata, penglihatan kabur, sakit kepala, hingga ketegangan pada leher dan bahu.
Apa itu Computer Vision Syndrome (CVS)?
Menurut American Optometry Association, Computer Vision Syndrome (CVS) adalah masalah pada mata serta penglihatan yang bersifat kompleks yang terkait dengan pemakaian mata untuk aktivitas dekat dan berhubungan dengan penggunaan komputer. Visual fatigue dan digital eye stain merupakan istilah lain untuk menyebut penyakit mata ini.
Apa saja yang menjadi penyebab Computer Vision Syndrome (CVS)?
Faktor penyebab masalah ini telah menjadi perhatian dalam aspek kesehatan kerja, tidak disebutkan secara spesifik namun dimuat dalam standar ergonomi, pencahayaan, tata letak, dan persyaratan lingkungan pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran.
Berikut yang menjadi beberapa penyebab utama:
- Durasi paparan layar yang lama;
- Kualitas layar yang kurang tajam;
- Jarak dan posisi monitor yang tidak ergonomis;
- Pencahayaan ruangan dan silau (glare);
- Mata kering atau frekuensi berkedip menurun;
- Kondisi fisik individu (usia, penyakit mata sebelumnya, dan postur leher serta punggung).
Apa saja gejala dari Computer Vision Syndrome (CVS)?

Gejala-gejala yang timbul ketika terkena Computer Vision Syndrome (CVS) meliputi:
- Mata Lelah atau terasa berat;
- Penglihatan kabur atau kadang ganda;
- Mata kering, perih, atau terasa berpasir;
- Sakit kepala terutama di area dahi dan sekitar mata;
- Nyeri leher, bahu, atau punggung akibat postur yang tidak ergonomis;
- Mata berair secara berlebihan;
- Kesulitan fokus saat berpindah pandangan dari layar ke objek lain;
Bagaimana cara mencegah atau mengurangi dampak dari Computer Vision Syndrome (CVS)?
- Atur waktu kerja dengan metode 20-20-20.
Istirahat setelah menatap layar selama 20 menit, melihat objek berjarak sekitar 20 kaki (6 meter) selama 20 detik.

- Sesuaikan posisi dan jarak monitor.
Layar sebaiknya berjarak 50-70 cm dari mata, dengan posisi sedikit di bawah garis pandang mata (sekitar 15-20 derajat).
- Optimalkan pencahayaan ruang kerja.
Hindari cahaya terlalu terang atau silau (glare). Gunakan tirai, filter layar, atau atur posisi monitor agar tidak berhadapan langsung dengan sumber cahaya.
- Perbanyak frekuensi berkedip.
Dengan berkedip membuat mata tetap lembap dan terhindar dari kekeringan.
- Gunakan pengaturan layar yang nyaman.
Atur kontras, kecerahan, ukuran huruf, serta warna agar sesuai dengan kenyamanan mata.
- Perhatikan postur kerja.
Duduk dengan posisi ergonomis: punggung tegak, bahu rileks, kaki menapak lantai, dan gunakan kursi dengan penopang punggung.
Sumber:

Tinggalkan komentar